Artikel
Hafalan Hadis Dipercepat Saat Pandemi

17 Mei 2020 Admin

Selama pandemi Covid-19, proses belajar-mengajar di SMP Tahfidz Quran dan Hadis (Taqdis) Nurul Huda Kajen, Pati juga melalui daring. Hafalan hadis para santri pun dipercepat.

SECARA berangsur, sejak Maret lalu, lembaga pendidikan pesantren meniadakan aktivitas di pondok. Santri dipulangkan ke rumah masing-masing. Pengajian dan pembelajaran lainnya dilaksanakan secara jarak jauh atau melalui daring (online).

Para santri SMP Tahfidz Quran dan Hadis (Taqdis) Nurul Huda Kajen, Pati juga tak lepas dari pola pembelajaran tersebut.

Santri dari berbagai daerah, seperti Pati, Rembang, Blora, Jepara, Demak, Jakarta, Lampung, hingga Jambi dipulangkan ke daerah masing-masing.

Pembelajaran daring menjadi pilihan. Tidak semudah yang dibayangkan, pembelajaran melalui media sosial, seperti WhatsApp dan Google Classroom itu bukannya tanpa kendala.

”Kami perlu menyesuaikan metode dan pendekatan. Sebab banyak aspek yang menjadi terbatas dalam pembelajaran daring,” ujar Kepala SMP Taqdis Nurul Huda Kajen Achmad Atho’illah.

Pemilihan metode dan pendekatan menjadi kunci pembelajaran tetap efektif, sekaligus tetap menjaga disiplin santri meskipun suasana pembelajaran tidak normal.

Bagi pendidikan berbasis pesantren, keterbatasan bukan hambatan besar, mengingat pendidikan lekat dengan logika hikmah.

Hal itu dibuktikan oleh santri SMP Taqdis Nurul Huda Kajen. Pria yang akrab disapa Gus Atho’ itu mengemukakan, pandemi Covid-19 memaksa santri meninggalkan pesantren dan mengaji dari rumah masing-masing.

Meski demikian, kedisiplinan dan ikatan emosional yang kuat, antara santri, orang tua, guru, dan pengasuh pesantren menjadikan pembelajaran daring tak bermasalah.

Pengurangan Materi

”Ada banyak pengurangan beban materi dalam pembelajaran daring, tetapi tidak untuk tahfidz. Justru saat Ramadan, di tengah darurat Covid-19, hafalan anak-anak dipercepat, terutama hadis,” katanya.

Hampir semua santri hafal 100 hadis pada akhir April. Padahal pihaknya menargetkan hafalan terpenuhi akhir Mei.

”Sekarang santri yang telah menyelesaikan 100 hadis, tinggal muroja’ah (mengulang hafalannya). Target itu bisa lebih cepat, karena dalam sehari anak-anak setor hafalan 5-10 hadis dalam bentuk rekaman video,” ungkapnya.

Pesantren mengawal hafalan santri melalui sejumlah grup yang dikontrol pembimbing. Itu berlaku untuk tahfidz hadis dan Al-Qur’an.

Selain target hafal 100 hadis, santri juga harus tuntas menghafal 2-4 juz Al-Qur’an dalam setahun.

”Untuk menjaga komunikasi dan ikatan emosional saya setiap hari secara acak menyapa dan menanyakan kabar santri melalui video conference. Saat bersamaan, pembimbing juga mengecek hafalan mereka,” tandasnya. Gus Atho’ mengaku, santrinya memiliki latar belakang yang beragam.

Bukan hanya soal kondisi keluarga mereka, melainkan juga asal wilayah yang berbeda-beda. Santri tidak hanya datang dari Pati dan sekitarnya, tetapi juga berasal dari Lampung, Jambi, dan Jakarta.

”Sejak pertengahan Maret, kami pulangkan mereka dan menjalani pembelajaran dari rumah. Kedekatan kami dengan para santri dan keluarganya sangat membantu proses belajar-mengajar jarak jauh tersebut,” tuturnya.

 

Sumber: Suara Merdeka, Kamis, 14 Mei 2020